Saturday, April 17, 2010

Ummuka .... Abuuka ....

Tulisan ini dibuat ketika saya mendengarkan salah satu lagu dari pemusik Indonesia yang sudah terkenal. Lagu itu mensyairkan mengenai betapa mulianya ibu di dunia ini. Lagu itu juga menganjurkan untuk selalu taat kepada ibu, selalu mencintai ibu, selalu tidak membantah perintah ibu. Karena dengan dasar bahwa murka Tuhan itu ada dalam orang tua terutama ibu.

Dari lagu tersebut terkesan bahwa ibu itu memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan manusia. Ibu sangat mulia dan derajatnya lebih tinggi dari ayah. Paradigma tersebut telah berkembang dan menyebar sejak dahulu hingga sekarang. Banyak sekali para mubalig yang selalu menyampaikan berbagai hal mengenai ini, misalnya mereka lebih banyak menerangkan tentang kelebihan ibu dan kedudukan tinggi atau derajat yang lebih tingginya dari bapak.

Saya cukup heran ketika kita dilahirkan tidak hanya oleh ibu saja, tetapi ayah pun ikut andil dalam terlahirnya kita di dunia. Namun masih ada bahkan banyak paradigma orang-orang yang menganggap bahwa ibu lebih tinggi derajatnya dari pada bapak.

Suatu ketika saya pernah diajak oleh teman untuk mengikuti sebuah peringatan maulid Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasalam. Di sana dihadiri oleh beberapa ulama dan habaib. Acara itu diisi dengan pembacaan maulid simtud duror, kemudian dilanjutkan dengan tahlil dan sambutan-sambutan. Acara intinya adalah mauidhoh khasanah oleh ulama masyhur di kota saya yaitu Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya.

Dalam mauidhohnya, Habib memberikan berbagai mengenai pentingnya peringatan maulid nabi. Salah satunya adalah agar para umat Islam lebih mencintai Nabinya yaitu Baginda Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasalam. Karena dengan mencintai Nabi, maka termasuk mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bila sudah mencintai Allah dan Nabi-Nya maka umat Islam akan menaati perintah-perintah Allah dan Nabi serta termasuk menjauhi larangan-larangan Allah dan Nabi Shollallahu Alaihi Wasalam. Dan salah satu perintah Allah dan Nabi adalah birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Perintah untuk birrul walidain sudah banyak sekali termaktub dalam Al-Qur’an dan Al Hadis.

Ada penjelasan yang menarik oleh Sang ulama tersebut tentang birrul walidain, khususnya mengenai kedudukan masing-masing dari orang tua kita. Jadi banyak sekali para mubalig sering menyampaikan bahwa ibu adalah orang tua kita yang lebih tinggi kedudukannya tiga kali lipat dari bapak. Ada dasar yang mereka gunakan, saya tidak begitu hafal hadisnya. Yang teringat adalahkalimat“Ummuka… Ummuka… Ummuka… Abuka…” (Ibumu… Ibumu… Ibumu… Bapakmu). Penjelasan yang sering disampaikan adalah ketika itu Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasalam ditanya oleh seorang sahabat tentang orang yang pantas untuk berbuat baik kepadanya dengan tiga kali. Dan Rasulullah pun menjawab ibumu hingga tiga kali untuk setiap kali pertanyaan yang sama. Kemudian pertanyaan yang sama untuk ke empat kalinya, Rasul Sholallahu Alaihi Wasalam menjawab bapakmu.

Dengan jawaban Rasulullah tersebut terkesan bahwa ibu memiliki derajat yang lebih tinggi dari pada ayah tiga kali lipat. Padahal, orang tua kita adalah team yang selalu bersama-sama dalam suka dan duka mulai dari awal mereka bersatu hingga terlahirnya kita semua ini. Mereka memiliki peran masing-masing yang sudah menjadi kodrat mereka. Misalnya ayah yang dengan segala tenaga dan pikirannya selalu menjaga ibu, menafkahi, dan memberi perhatian sepenuhnya kepada sang ibu dan calon anak. Sedangkan ibu, dengan kodratnya yang harus mengandung calon anak, dengan susah payah harus selalu menjaga kondisi kandungan, sehingga anak yang diidam-idamkan akan terlahir dengan lancar dan sehat.

Tausiyah yang disampaikan oleh Sang ulama itu adalah mengajak untuk mengubah paradigm tersebut. Bahwa bapak dan ibu memiliki kedudukan yang sama, derajat yang sama, hak yang sama untuk selalu dibakti oleh anak-anaknya. Pesan beliau, Allah pun sebenarnya sudah memberikan kodenya bahwa laki-laki itu adalah pemimpin atas para wanita. Hal ini mengandung bahwa laki-laki sudah memiliki kedudukan yang tinggi di atas para wanita. Sebagai penjelas bahwa hadis yang telah disebutkan di atas merupakan sebagai penyeimbang bahwa ibu pun memiliki hak yang sama, kedudukan yang sama untuk selalu dibakti oleh anak-anaknya.

Bila melihat seperti itu maka cukup jelas dan paradigm bahwa bapak dan ibu memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Mereka pun memiliki hak yang sama untuk selalu dibakti oleh anak. Karena sesungguhnya manusia itu bila dilihat derajatnya maka bukan dari status atau jenis kelaminnya melainkan ketakwaannya kepada Allah Azza Wa Jalla.

Oleh karena itu kita sebagai seorang anak yang memiliki orang tua haruslah selalu taat kepada Allah, kepada Nabi Sholallahu Alaihi Wasalam, dan selalu birrul walidain, berbakti kepada kedua orang tua, menghormati orang tua tanpa harus membedakan kedudukan mereka, karena sesungguhnya mereka memiliki kedudukan yang sama dan hak yang sama untuk selalu dihormati dan dicintai.

Wallahu A’lam.

El Salam, 10 Juli 2009

0 comments:

Post a Comment