Monday, May 18, 2009

Doa Ibu Ada di dalam Ucapannya

Pengalaman menarik yang pernah saya alami dalam hidup berkaitan dengan ucapan-ucapan ibu. Mulai dari hal-hal yang berakibat positif dan negatif. Memang tulisan ini tidak terlalu menarik karena sudah menjadi hal yang umum di Negara ini ataupun di dunia. Mulai dari cerita Malin Kundang, sampai cerita-cerita kecil yang saya sendiri kurang hafal.
Sudah berkali-kali ketika ibu tidak merestui kita untuk melakukan sesuatu, akan terjadi sesuatu yang tidak kita duga sebelumnya. Misalnya dulu ketika saya pergi tanpa ada izin dari orang tua terutama ibu, saya mendapatkan berbagai “kecelakaan” yang tidak saya duga sebelumnya. Helm hilang, kecelakaan di jalan, dan lain sebagainya.
Contoh yang tadi adalah sebagian contoh negatif yang pernah saya peroleh dalam hidup. Namun sesungguhnya banyak sekali hal-hal positif yang pernah saya dapatkan dan itu menjadi sebuah pengalaman terbesar dan yang tak terlupakan dalam hidup. Dan bisa jadi akan menjadi sebuah nasib saya.
Suatu ketika ibu saya bertanya kepada seorang guru di sebuah SMP. Sebut saja Ghufron. Dia adalah seorang lulusan pondok pesantren. Dia adalah teman dari paman saya. Ibu saya bertanya apakah dia mengajar pendidikan agama Islam di SMP tersebut, sebab ibu hanya tahu bahwa dia adalah lulusan pondok. Ibu terkejut ketika dia menjawab tidak. Dia mengajar bahasa inggris, bukan pendidikan agama Islam.
Dari situ, ibu pernah terucap dalam lisannya bahwa Ibu menginginkan anak-anaknya pandai dalam pendidikan agama Islam. Konsisten dalam menjalankan agama Islam. Bukan hanya itu saja, Ibu menginginkan kalau anak-anaknya juga memiliki ketrampilan dalam berbahasa Inggris. Ternyata ucapan ibu berbuah hasil, dan Allah sedang mendengar ucapan Ibu. Ucapan ibu merupakan sebuah doa.
Waktu berganti waktu, suatu ketika saya dipanggil oleh guru bahasa Inggris di SMA N 3 Pekalongan. Setelah saya menghampirinya, beliau menginginkan saya untuk menggantikan beliau untuk sementara waktu sebagai volunteer pengajar bahasa Inggris di sebuah desa. Menjadi pengajar bahasa Inggris bagi anak-anak SMP/SMA dan setara dalam program bimbingan anak asuh.
Sempat menolak karena saya tidak merasa mampu untuk mengajar bahasa Inggris, melihat dulu ketika berada di SMP dan SMA nilai saya hanya pas-pasan. Namun setelah diterangkan bahwa apa yang diajarkan hanya dasar-dasarnya saja. Akhirnya saya memberanikan diri untuk melaksanakan apa yang diinginkan oleh guru SMA saya itu. Dari situ saya mengolah kembali bahasa Inggris sekaligus belajar bahasa Inggris namun dengan cara mengajarnya.
Apa yang saya lakukan itu tidak pernah saya ceritakan kepada orang tua atau Ibu. Saya berpikir bahwa apa yang saya lakukan tersebut tidak sesuai dengan apa yang pelajari di STAIN Pekalongan yang merupakan pendidikan agama Islam. Namun suatu ketika seorang teman saya mampir ke rumah, dan menanyakan tentang volunteer tersebut. Ibu tidak mengetahui apapun. Setelah ibu bertemu saya, beliau bertanya tentang hal tersebut. Dan akhirnya saya menceritakan apa saja yang telah saya lakukan tersebut. dan, Ibu menangis. Ternyata salah seorang anaknya tertarik dengan bahasa Inggris.
Apa yang saya duga ternyata salah. Saya telah menduga bahwa orang tua saya tidak akan mengizinkan saya untuk bergelut dalam pendidikan yang bukan termasuk dalam pendidikan agama Islam sebagaimana di STAIN. Ternyata mereka sangat mendukung saya, dan selanjutnya saya tetap mengajar di tempat tersebut selama dua bulan. Setelah itu guru saya kembali mengajar dan saya pun tidak mengajar lagi.
Beberapa bulan kemudian ketika saya bersama teman menghadap seorang Pembantu Ketua di kampus, saya di tawari sebuah beasiswa kursus singkat di Amerika. Awalnya saya tidak terlalu tertarik karena salah satu persyaratannya adalah untuk mahasiswa minimal semester 5, sedangkan saya masih duduk di semester 4. Namun karena ajakan teman-teman untuk mengikuti tes TOEFL yang diadakan oleh kampus, akhirnya saya mengikuti tes tersebut. Niat saya hanya untuk memprediksi kemampuan bahasa Inggris saya dilihat dari tes tersebut.
Setelah tes saya laksanakan, saya mendapat nilai yang tidak terlalu banyak, mendekati nilai minimal untuk mengikuti persyaratan pendaftaran beasiswa itu. Namun, beberapa dosen merekomendasikan saya untuk mengikuti pendaftaran tersebut. mereka berusaha agar saya dan kawan-kawan bisa berpartisipasi dalam pendaftaran beasiswa itu meskipun nilainya hanya mendekati saja. Sayangnya saya tidak diperkenankan oleh pihak penawar beasiswa karena nilai saya tidak mencukupi dan saya masih duduk di semester 4.
Perasaan kecewa tidak terlepas dalam diri saya, tetapi tidak membuat saya larut dalam kesedihan. Saya kembali menjalani hidup sebagaimana biasa. Tak selang beberapa bulan, saat saya sudah masuk awal semester 5, tawaran beasiswa tersebut muncul kembali di kampus, dan saya sangat tertarik dengan beasiswa itu. Di kampus langsung mengikuti tes TOEFL sebagai prediksi score saya. Dan Alhamdulillah saya mendapatkan nilai yang cukup untuk mengikuti pendaftaran tersebut.
Setelah saya mendaftarkan diri dan mengikuti berbagai tahap-tahapnya, saatnya menunggu hasil dari apa yang selama ini saya usahakan. Tentunya tidak terlepas dari kendali doa orang tua dan ibu. Satu persatu kawan-kawan saya diterima untuk study bahasa Inggris di Amerika. Giliran saya belum ada pengumuman. Saya berusaha untuk menunggu untuk beberapa hari, namun tidak ada satupun yang menghubungi saya bahwa saya diterima atau tidak.
Suatu ketika seorang teman memberi saran kepada saya untuk menghubungi pihak pemberi beasiswa untuk mengkonfirmasi. Dan, ternyata Allah menunjukkan takdirku, Allah mengabulkan doa Ibu, Allah mengabulkan doa Abah, Allah mengabulkan doaku selama ini. Saya diterima sebagai penerima beasiswa kursus singkat bahasa Inggris di Amerika Serikat. Subhanallah.
Tak terduga selama ini apa yang tidak pernah saya bayangkan telah terjadi seperti ini karena kekuasaan Allah. Teringat ucapan ibu ketika saya dan Ibu sedang membereskan buku-buku dan menemukan daftar nama-nama dosen yang pernah belajar di luar negeri. Sedikit guyon, saya bilang kepada Ibu, “Bu, misalnya saya belajar di luar negeri gimana Bu?” Ibu menjawab. “Top, Ibu akan sangat bangga, karena kamu akan membawa nama baik orang tua dan keluarga yang selama ini dianggap remeh sama orang-orang”. Saya hanya mengamini saja. Dan ternyata apa yang diucapkan ibu adalah doa untuk saya.
Pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa sering-seringlah bersama ibu Anda. Berguraulah (yang baik) dengan beliau. Mintalah doa beliau, insya Allah terkabul. Tentunya dengan usaha yang sepadan. Juga ketika berkomunikasi dengan beliau. Seringlah sharing bersama beliau permasalahan yang Anda alami. Saling mencari pemecahan masalah Anda dan masalah beliau.
Ketika Anda bersama beliau, maka janganlah sekali menganggap enteng guyonan beliau, bisa jadi ketika malaikat sedang mendengar percakapan kalian, dan ternyata Ibu Anda mendoakan Anda, bisa saja itu merupakan sebuah doa yang akan dikabulkan. Insya Allah.
Saya berharap agar saya dan Anda semua bisa selalu menghormati orang tua kita, karena merekalah kita dilahirkan dan dibesarkan. Junjung nama baik orang tua Anda dengan cara apapun. Buat mereka senang dengan kita. Buat mereka bergembira karena kesuksesan kita yang mana adalah hasil jerih payah mereka juga. Jadilah orang yang bisa membahagiakan orang tua.
Semoga Allah mengampuni dosa orang tua kita, dan menyayangi mereka sebagaimana mereka mendidik kita sejak kecil. Wallahu A’lam Bis Showab.

Zidni ,
Pekalongan, 3/28/09

0 comments:

Post a Comment