Monday, January 19, 2009

Diam Lebih Baik


Pepatah mengatakan, diam itu emas. Sependapat dengan itu, mengapa kita perlu diam. Diam tidak harus dilakukan di setiap saat. Diam dilakukan pada saat yang tepat. Itulah diam yang sesuai dengan prinsip pepatah tadi.

Diam, dalam bahasa arab berarti saktah. Artinya berhenti. Berhenti yang dimaksud adalah berhenti dari berbicara hal-hal yang bermanfaat. Berhenti dari menggunjing, menghina, berdebat yang tidak baik, dan lain sebagainya.

Kapan diam itu dilakukan? Diam dilakukan manakala terdapat topik atau kondisi yang tidak baik untuk berbicara. Ketika di suatu pembicaraan terdapat hal-hal yang melenceng dari jalur yang benar, maka solusi yang bagus adalah berdiam. Sebagaimana Rasul Saw., mendapatkan kondisi yang tidak memungkinkan untuk berdakwah, maka beliau berdiam diri di gua Hira’.

Perlu dipertegas lagi, diam yang dimaksud bukan diam tanpa berpikir. Allah Swt., sudah menyuruh kita untuk selalu berpikir. Dengan diam, berpikir akan lebih jernih. Agar lebih mudah dalam menyelesaikan sesuatu. Para ulama terdahulu lebih memilih diam dalam menyelesaikan dahulu. Namun, diamnya para beliau bukan sebagai diam seorang pengecut dalam menghadapi musuh. Diam para beliau dijadikan sebagai media untuk meredam permasalahan dengan cara berpikir secara jernih.

Logikanya cukup mudah, ketika para musuh sedang membuat sebuah kegaduhan dan kita sebagai pihak yang kita anggap benar, bila kita masuk dalam area kegaduhan untuk meredam, maka sangat sulit untuk meredamnya. Analoginya adalah api bila ditambah api maka api akan semakin besar. Bila api dibiarkan dan kemudian diberi air, maka api akan padam.

Solusinya adalah diam dan berpikir bagaimana cara mencari air peredam yang dapat membuat kegaduhan menjadi hilang. Bila ini dilakukan, maka kita sudah efektif dalam menyelesaikan masalah.

Palestina dan Israel

Kesalahan kaum muslimin di dunia adalah diam yang tidak mau berpikir untuk menyelesaikan sengketa Palestina dan Israel. Kaum muslimin terhanyut dalam indahnya dunia yang gemerlap. Mereka hanya akan datang membantu sengketa itu bila sudah mulai panas. Kita selalu lengah.

Ketika umat Islam di Palestina memerlukan kita untuk penyelesaian, kita tidak ada. Mereka yang sekawan dengan Israel malah yang membuat penyelesaian. Namun, penyelesaian yang dilakukan hanya untuk kepentingan mereka dan Israel. Untuk Palestina, selalu dirugikan.

Saya tidak menyalahkan, umat Islam di mana pun. Saya pun tidak mau umat Islam ini memiliki citra yang buruk bagi dunia. Setidaknya, umat Islam selain di Palestina, tidak perlu menambah api dalam sengketa ini. Yang diinginkan dunia Palestina adalah kedamaian, bukan kemenangan perang atau runtuhnya Israel. Itu sudah tertulis dalam Al-Qur’an, dan itu pasti. Kemenangan Islam adalah kedamaian bagi seluruh alam, rahmat untuk seluruh alam, kasih sayang tersebar di mana-mana. Bukan peperangan, kekerasan, bahkan bukan terkuasainya dunia dengan Islam yang dibentuk dari kekerasan dan sebagainya.

Kita rindu akan Rahmatan Lil Alamin. Rahmat bagi seluruh alam, bukan penguasa bagi seluruh alam. Itu milik Allah. Dunia merindukan kasih sayang Islam. Dari diam, kita berpikir, dari berpikir kita menuju kepada gerakan yang bisa memberikan kontribusi yang efektif.

Di akhir, kita akan merasa damai tanpa adanya kekerasan apapun, dalam bentuk apapun.
Wassalam.

Zidni
Arizona, 01/19/09

2 comments:

Anonymous said...

Zidni,,,ur writing sounds nice huh???great Job.,,,keep spirit!!

Deean KaEs,,

Anonymous said...

assalamu'alaikum akhina zidni darissalam rohimakumullah...

akhi,...nice writing.

something you loose
only oneThing


fifth line,.
second paragraph...


keep an eye on..


OK!!??


never end up mastering english,..
best regard from me with full of love

wassalamu'alaikum

^_^

Post a Comment