Friday, April 16, 2010

JABATAN

Setiap manusia adalah penggembala. Penggembala dimaksud adalah pemimpin. Pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. maka dari itu, setiap orang akan menanggung segala apa yang dilakukannya selama hidupnya. Setiap manusia harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya selama hidupnya.

Permasalahannya,setiap manusia kadang-kadang tidak menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin. Manusia akan selalu mengikuti hawa nafsunya, apa saja. Nafsu untuk makan, minum, mendapatkan sesuatu, memperoleh jabatan, bahkan mendapatkan yang lebih dari apa yang sedang ia jabat.

Sebuah pengalaman memprihatinkan ketika Saya berada pada posisi penjabat sebuah kerajaan muda. Di situ terdapat kerajaan tua yang dipimpin oleh para orang-orang tua yang seharusnya menjadi teladan bagi para generasi kerajaan muda. Sebutlah saya adalah panglima pasukan muda, sedangkan Raja Darjo adalah panglima pasukan tua. Dan kami berada pada Negeri Porak Poranda.

Suatu ketika Saya hanya menjadi seorang rakyat kecil biasa, di kemudian hari di ajak untuk masuk dalam sekte-sekte kecil di bawah kerajaan muda. Dan selanjutnya pun saya menjadi seorang pemimpin pada salah satu sekte terebut. Inilah pertama kalinya saya mengetahui luar dalamnya sebuah kerajaan, baik itu kerajaan muda maupun kerajaan tua.

Setelah setahun saya memimpin sekte tersebut, diajaklah saya untuk memimpin kerajaan muda. Kerajaan yang menjadi incaran para pendekar-pendekar dari setiap sekte. Padahal saya tidak terlalu tertarik, namun sudah menjadi kewajiban saya ketika melihat kemunafikan yang sudah ada di depan mata dan kemaksiatan akan terjadi bila tahta kerajaan muda dipegang oleh pendekar-pendekar yang pernah mencoreng nama kerajaan muda.

Dalam pergulatan itu, rakyat banyak yang memilih saya dan mengamanahkan saya untuk memegang kekuasaan kerajaan muda. Saya menggandeng beberapa ahli yang terpercaya untuk mendampingi saya dalam tahta ini.

Saya berpikir ketika kerajaan muda haruslah berkiblat pada kerajaan tua yang notabene sudah memiliki pengalaman yang banyak dan ahli dalam bidangnya. Kerajaan tua yang selalu mengedepankan moral bagi para rakyatnya, transparansi, dan selalu menjalin komunikasi agar setiap apa yang dikerjakan tidak bertentangan dengan hukum yang ada.

Semua anggapan itu punah ketika mereka (para pemimpin kerajaan tua) mengucapkan permintaan upeti-upeti yang telah diberikan kepada kerajaan muda. Awalnya adalah kerajaan tua selalu memberikan beberapa upeti kepada kerajaan muda untuk menjalankan tahta kerajaannya. Namun, tak disangka ketika mereka dengan suara lantang meminta secuil upeti-upeti tersebut sebagai pemulus pekerjaan mereka.

Sungguh biadab. Mereka yang sudah diberi upeti setiap bulannya, masih meminta jatah upeti kerajaan muda. Biadabnya lagi, ketika permintaan upeti tersebut ditolak, mereka masih mencari celah agar mendapatkan secuil upeti dari sayembara yang selalu dibuat oleh kerajaan muda. Memang setiap tahunnya, kerajaan muda selalu membuat sebuah sayembara yang diikuti oleh rakyat-rakyat baru yang akan masuk ke dalam Negeri Porak Poranda ini. Nah disini, para pemuka kerajaan tua bersikukuh untuk ikut andil dalam sayembara ini. Dan dengan lantangnya mereka menyampaikan maksud mereka, tidak ada lagi selain mereka ingin mendapatkan secuil upeti dari sayembara ini.

Dari pengalaman tadi, saya mengambil pelajaran bahwa manusia memang di dunia ini tak selalu puas terhadap apa yang telah mereka dapatkan. Meskipun mereka telah mendapatkan rizki yang sudah halal, dan itupun didapatkan setiap bulannya, namun mereka kadang-kadang masih mencari recehan dari sesuatu yang bukan kawasan mereka.

Manusia seperti cukup banyak beraksi pada kawasan-kawasan yang sudah mapan. Bila dilihat secara cermat, maka mereka akan lebih hina dari orang-orang miskin yang mengais sesuatu di tempat yang kotor dan bisa jadi bukan milik orang miskin tersebut. Sungguh maklum bila orang-orang miskin itu mengais, mengambil, atau bahkan mencuri barang-barang milik orang lain, karena mereka tidak memiliki penghasilan, tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki lapangan usaha. Namun sungguh biadab bila orang kaya, sudah memiliki pekerjaan, berpenghasilan tetap, duduk di kursi jabatan yang terhormat, masih saja mencari uang receh hanya untuk memuluskan pekerjaannya, biasanya dalihnya adalah agar mereka semangat dalam melaksanakan tugas mereka. Lantas untuk apa gaji bulanan mereka? Tunjangan-tunjangan setiap tahunnya?

Sebagai manusia, selalu bersikap zuhud itu penting. Pun qonaah. Karena dengan kedua sifat itu, setiap manusia akan selalu merasa tenteram, tenang, dan bersemangat dalam menjalankan aktivitasnya. Bahkan meskipun tak diberi apapun, insya Allah bila hati selalu bersama Allah, maka semuanya akan berjalan dengan semestinya.

Wallahu A’lam,

El Salam, 24 Juni 2009

0 comments:

Post a Comment